Jumlah penderita diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan
diabetesi di Indonesia setiap tahunnya mengalami kenaikan. Dari data
Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan, di Indonesia jumlah pasien
diabetes tahun 2010 diperkirakan 5,7 % dari seluruh penduduk Indonesia,
yang berarti berjumlah sekitar 13 juta orang dan menempati peringkat
ke-9 di seluruh dunia.Menghadapi masuknya bulan suci Ramadhan ini
banyak dari diabetesi yang cukup bingung. Sering diabetesi menghadapi
dilema apakah harus menunaikan ibadah puasa atau tidak. Pertanyaan
inipun sering dilontarkan kepada kalangan ulama dan dokter oleh
penderita diabetes.
Sebenarnya dari berbagai literatur kedokteran,
puasa aman dan dianjurkan untuk penderita diabetes. Namun mengingat
setiap penderita diabetes memiliki derajat penyakit yang tidak sama maka
ada beberapa kriteria dari penderita diabetes yang tidak dianjurkan
untuk berpuasa. Ada hal-hal khusus yang harus diingat oleh diabetesi
dalam berpuasa.
Diabetesi yang tidak dapat mengontrol gula
darahnya dengan baik yang ditandai dengan kadar gula darah puasa lebih
dari 126 mg/dl atau kadar gula darah dua jam setelah makan 180 mg/dl
dianjurkan tidak berpuasa. Begitu juga diabetesi yang sedang hamil atau
menyusui atau rentan mengalami hipoglikemia (kadar gula darah kurang
dari 60 mg/dl) disarankan untuk tidak berpuasa. Diabetesi dengan
komplikasi diabetes yang berat seperti dengan penyakit ginjal, penyakit
hati atau penyakit jantung harus hati-hati dalam berpuasa.
Diabetesi
sebelum berpuasa disarankan untuk berkonsultasi ke dokter. Karena saat
puasa terjadi perubahan jadwal makan dan minum obat. Diabetesi yang gula
darahnya terkontrol dengan pengaturan diet tanpa meminum obat
pengendali gula darah maka tidak ada masalah dalam menunaikan ibadah
puasa. Cukup memperhatikan jadwal dan porsi makan saat berbuka maupun
sahur.
Pada diabetes yang mengkonsumsi obat pengendali gula darah
disarankan jangan menghentikan pengobatan, tetapi dosis dan waktunya
harus disesuaikan dengan waktu berpuasa. Untuk obat diabetes yang
tadinya diminum setiap pagi diubah waktunya menjadi ketika berbuka
puasa, sedangkan dosis untuk sore hari dipindahkan menjadi saat makan
sahur.
Bagi diabetesi yang sudah minum obat dosis ganda, harus
dilakukan pengaturan agar dosis obat yang lebih besar diminum saat
berbuka. Sedangkan bagi yang sudah menggunakan insulin dosis tunggal
digunakan insulin kerja menengah saat berbuka puasa saja. Perlu
pemantauan gula darah yang ketat pada pengguna insulin, dan bila ada
tanda-tanda ke arah hipoglikemi maka hentikan puasanya.
Saat tidak
berpuasa diabetesi makan dengan 3 porsi besar yang kemudian berubah
hanya dua porsi besar yaitu saat berbuka dan sahur. Saat berbuka puasa
disarankan untuk mengkonsumsi makanan 10% dari jumlah kebutuhan kalori.
Pilihan terbaik adalah sari buah dan cocktail buah. Setelah shalat
Magrib baru diabetesi makan besar yang jumlahnya 50% dari seluruh
kebutuhan kalori. Untuk pemilihan karbohidrat, pilihlah karbohidrat
kompleks yang butuh pembakaran lama, membatasi lemak dan perbanyak serat
untuk menghindari lonjakan gula darah segera setelah berbuka. Waktu
berbuka, jangan makan berlebihan tetapi secara bertahap dan mengunyah
dengan baik.
Sisanya 40% dikonsumsi saat sahur. Sahur dianjurkan
untuk sedekat mungkin dengan waktu imsak sehingga kadar gula darah lebih
terjaga saat berpuasa. Saat sahur dianjurkan juga untuk meminum lebih
banyak air putih dan menghindari minum teh dan kopi yang dapat
menyebabkan sering buang air kecil saat berpuasa sehingga bisa
menyebabkan dehidrasi.
Pemantauan gula darah mandiri di rumah
sangat dianjurkan untuk diabetesi. Pemantauan dilakukan sebelum makan
sahur dan dua jam setelahnya serta sebelum berbuka puasa dan dua jam
sesudahnya. Selain pada waktu-waktu ini, kapan saja diabetesi merasakan
gejala hipoglikemi yang ditandai dengan berkeringat dingin, jantung
berdebar-debar, lemas bahkan sampai tidak sadarkan diri maka harus
segera memeriksakan diri. Diabetesi disarankan agar tidak ragu untuk
membatalkan puasa jika ada gejala hipoglikemia dan hiperglikemia (kadar
gula darah naik lebih dari 300 mg/dl).
Jika semua petunjuk di atas
dijalankan dengan baik, puasa Ramadhan akan menjadi aman, berkualitas
dan berkah bagi diabetesi. Juga jangan lupa setelah Ramadhan mengunjungi
dokter lagi untuk memastikan kadar gula darah terkendali dan
berkonsultasi tentang penyesuaian obat kembali. Marhaban ya Ramadhan.
Selamat menunaikan ibadah puasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar