Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan
tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara
vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal
(komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke
fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak
dibatasi oleh wilayah administrasi. (Kebidanan Komunitas: hal 207)
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan
dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima
rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan
oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas
kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.
Tata laksana rujukan:
1. Internal antas-petugas di satu rumah
2. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
3. Antara masyarakat dan puskesmas
4. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
5. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
6. Internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
7. Antar rumah sakit, laboratoruim atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit
(Kebidanan Komunitas)
2.2 TUJUAN SISTEM RUJUKAN
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu (Kebidanan Komunitas).
Tujuan umum rujukan untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas
tentang pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
Tujuan khusus sistem rujukan adalah:
a. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka
menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait
dengan kematian ibu maternal dan bayi.
b. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja puskesmas.
2.3 KEGIATAN DAN PEMBAGIAN DALAM SISTEM RUJUKAN
Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang
sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap
berupa rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas
masuk didalamnya, pengiriman kasus masalah reproduksi lainnya seperti
kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis.
Termasuk juga didalamnya pengiriman bahan laboratorium.
Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai,
kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan
keterangan yang lengkap (surat balasan).
Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data medis
penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.
Kemudian Bidan menjalin kerja sama dalam sistem pelaporan data-data
parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan
pranatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka secara
regional dan nasional pemantauan perkembangan maupun penelitian.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan eksternal.
• Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas
(puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.
• Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam
jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat
jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah
sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan rujukan kesehatan.
• Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk
pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten
atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat.
Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan
demonstrasi operasi (transfer of knowledge). Pengiriman petugas
pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan,
juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang
diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer of
personel).
• Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan
bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya
berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan
pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke
klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan
masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan
Kerja).
2.4 ALUR SISTEM RUJUKAN
Alur rujukan kasus kegawat daruratan:
1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke:
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
c. Puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit swasta / RS pemerintah
2. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke:
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
2.5 LANGKAH-LANGKAH RUJUKAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang
tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh
karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat
kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga
kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus
dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus
mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu
dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan,
perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan
untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan,
lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut.
Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDO)
6. Pengiriman Penderita
7. Tindak lanjut penderita :
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan)
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
2.6 RUJUKAN TERHADAP KELAINAN GINEKOLOGI
2.6.1 Asuhan yang diberikan oleh Bidan
Anamnesa
Pada anamnesa hal-hal yang perlu ditanyakan :
• Riwayat Kesehatan
Ini berhubungan dengan kebudayaan, ras, dan umur, ini berguna untuk
membantu perawat mengkaji kelompok resiko terjadinya penyakit-penyakit
gangguan sistem reproduksi.
Kebudayaan kepercayaan/agama sangat mempengaruhi perilaku seseorang
dalam hal seksualitas, jumlah pasangan. Penggunaan kontrasepsi dan
prosedur spesifik terhadap mengakhiri kehamilan.
• Riwayat Kesehatan Individu dan Keluarga
Kebiasaan sehat pasien seperti: diet, tidur dan latihan penting untuk
dikaji. Pentingnya juga ditentukan apakah pasien peminum alcohol,
perokok dan menggunakan obat-obat.
• Status Sosial Ekonomi
Yang perlu dikaji : tempat lahir, lingkungan, posisi dalam keluar,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, situasi financial, sumber
stress, agama, aktivitas-aktifitas yang menyenangkan akan mempengaruhi
kesehatan reproduksi.
• Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan utama, misalnya : nyeri, perdarahan, pengeluaran cairan / sekret melalui vagina, ada massa keluhan
• Fungsi roproduksi
Nyeri yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi hampir sama
dengan nyeri pada gangguan system gastrointestinal dan perkemihan pasien
harus menguraikan tentang : nyeri, intensitas kapan dan dimana
kesediannya, durasi dan menyebabkan nyeri bertambah dan berkurang,
hubungan nyeri dan menstruasi, seksual fungsi urinarius dan
gastrointestinal.
Perdarahan perlu dikaji ke dalam perdarahan abnormal seperti :
perdarahan pada saat kehamilan, dan setelah menopause, karakteristik
perdarahan abnormal harus dikaji mencakup : terjadinya durasi, interval,
dan faktor-faktor pencetus perdarahan. Kapan kejadiannya : pada siklus
menstrurasi atau menopause, setelah berhubungan seksual, trauma atau
setelah aktifitas juga dikaji jumlah darah, warna konsistensi dan
perubahan-perubahan yang terjadi.
Pengeluaran cairan melalui vagina dapat menyebabkan infeksi berair di
sekitarnya jaringan, gatal, nyeri, selanjutnya timbul rasa malu dan
cemas. Perawat harus menanyakan tentang tentang jumlah, warna,
konsiskensi, bau dan pengeluaran terus-menerus. Gejalanya seperti luka,
perdarahan, gatal, dan nyeri pada genital.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini mencakup:
- Pemeriksaan fisik umum yaitu : tinggi badan, berat badan, bentuk /
postur tubuh, sistem pernapasan, kardiovaskaler tingkat kesadaran
- Pemeriksaan spesifik yaitu:
• Pemeriksaan payudara
Pemeriksaan inspeksi payudara dilakukan pada pasien dengan posisi duduk.
Hal yang diperiksa : ukuran, simetris, apakah ada pembengkakan, masa retraksi, jaringan perut / bekas luka, kondisi puting susu.
• Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya masa abdominopelvic. Massa
yang dapat ditemukan pada organ reproduksi, sehingga perlu
dikombinasikan riwayat kesehatan
• Pemeriksaan genetalia eksternal
Bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan perkembangan system
reproduksi. Posisi pasien saat pemeriksaan genetalia eksternal adalah
litotomi.
Kaji kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa
vulva dari anterior ke posterior hal yang dikaji mencakup adanya
tanda-tanda peradangan, bengkak, lesi dan pengeluaran cairan dari
vagina.
• Pemeriksaan pelvic
Pemeriksaan dalam pada vagina dan serviks, pertama kali dilakukan secara
manual dengan jari telunjuk, untuk menentukan lokasi seviks.
Lakukan inspeksi serviks, erosi, nodul, massa, cairan pervaginam dan perdarahan, juga lesi atau luka.
2.6.2 Asuhan yang dilakukan di Puskesmas
Pemeriksaan Laboratorium
• Tes papanicolaou’s atau pap smear
Merupakan pemeriksaan sitologi untuk deteksi adanya sel prekanker dan
kanker juga untuk mendeteksi adanya gangguan virus, jamur dan parasit.
Pemeriksaan sel dinding vagina juga untuk mengevaluasi fungsi
hormon-hormon steroid.
2.6.3 Asuhan yang dilakukan di Rumah sakit
• Pemeriksaan laboratorium di RS
1. Pemeriksaan darah
a. Pituitary Endotropin
Pemeriksaan ini untuk menentukan tingkat kuantitatif follicle
stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH) dan prolaktin kadar
serum diperiksa mempergunakan metode radioimmuniassay
b. Hormon Steroid
Pemeriksaan radioimmuniassay untuk mendeteksi kadar estrogen,
progesterone dan testosterone pada siklus menstruasi atau orang dewasa
laki-laki.
c. Tes Serologi
Untuk mendeteksi reaksi antigen-anti bodi terhadap respon mikroorganisme
seperti pada pasien sifillis, rubella dan herpes simpleks
d. VDRL (Veneral Discase Research Laboratory)
Ini digunakan untuk mendeteksi, menentukan dan memantau sifillis. Hasil
pemeriksaan berbeda pada setiap tahap sifillis. Pada minggu pertama
setelah timbulnya kelainan kulit hasilnya negatif dan positif sekali 1-3
minggu.
Hasil pemeriksaan VDRL dibaca dalam tingkat kualitas.
Normal disebut non reactive
Titer 1 : 8 indikasi adanya sifillis
Titer diatas 1 : 32 indikasi sifillis stage ill
e. Treponomo pallidum Immobilization (TPI) dan Fluoroscent Troponemal Antibody Absorption Test (FTA).
Pemeriksaan ini dilakukan khusus deteksi adanya : Treponema pollidron,
tetapi pemeriksaan ini lebih mahal dan lama dibandingkan dengan
pemeriksaan VDAL. Hasilnya dibaca positif dan negative, hasil yang (+)
mungkin ditemukan lama setelah terapi.
2. Pemeriksaan Urinalis untuk hormone steroid
Pemeriksaan urine 24 jam dapat di pergunakan untuk menentukan kadar esterogen total dan pregnonodial
3. Pemeriksaan Mikroskopi
Wet Prep (Wet Smears)
Sekresi vagina dapat diambil pada awal pemeriksaan
• Tindakan Operatif
- Persiapan (Pre-Operatif)
Tindakan operasi pada sistem reproduksi wanita ada 2 jenis yaitu operasi
minor dan mayor. Operasi minor bertujuan utamanya adalah untuk
diagnostik sedangkan operasi mayor adalah pengangkatan satu atau lebih
organ reproduksi.
a. Operasi minor mencakup : dilatasi dan kuret, biopsi serviks, konisasi serviks.
b. Operasi mayor mencakup : oocpharectomy (pengangkutan ovarium),
salpectomy (pengangkutan tuba palofi), histerektomi (pengangkutan usus),
histerektomi radikal (pengangkutan uterus, vagina dan parametrium)
serta eksentrasi pelvic (pengangkatan pelvic dalam mencakup kandung
kemih, rektosigmoid dan semua organ reproduksi).
Persiapan preoperative mencakup persiapan psikologis, pengangkatan organ
reproduksi mempunyai dampak emosional yang sangat penting pada wanita.
Peran perawat dan bidan adalah membantu wanita untuk eksplorasi
perasaannya dan penjelasan tentang tujuan operasi, prosedur dan
dampaknya sehingga membantu proses pemulihan.
Persiapan fisiologis, untuk mencegah terjadinya infeksi perlu dilakukan
pembersihan pada traktus urinarius dan kolon. Hal-hal yang perlu
dipersiapkan:
1. Pemberian antibiotic untuk mencegah dan mengobati infeksi
2. Pembersihan kolon mencakup : pemberian laxative, enema dan diet cair selama 24 jam.
3. Beri obat-obatan pervagina jika resiko tinggi infeksi
4. Untuk individu yang resiko thromboplebitis (varises, obesitas dan
diabetes mellitus) anjurkan mempergunakan stocking penunjang, heparin
dosis rendah, hentikan oral konstrasepsi 3-4 minggu sebelum operasi.
- Pemantauan Post Operasi mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Monitor
- Keseimbangan cairan elektrolit
- Bunyi paru dan respirasi
- Distensi abdomen
- Nyeri tungkai bawah
- Pembalut luka
- Tanda-tanda infeksi
2. Anjurkan latihan nafas setiap 2-4 jam sampai pasien aktif.
3. Beri obat-obat untuk nyeri secara teratur selama 3 hari post operasi, selanjutnya sesuai kebutuhan.
4. Untuk nyeri karena abdomen gembung (gas) beri kompres panas pada abdomen, anjurkan ambulasi
5. Cegah tromboplebilitis
6. Beri support mental terus-menerus
7. Anjurkan pasien sebagai berikut :
a. Hindari kerja berat yang menyebabkan kongesti pembuluh darah pelvic
seperti: angkat barang, jalan cepat, loncat, jogging, selama 6-8 minggu
post operasi.
b. Latihan aktifitas seksual post operasi
c. Resume hubungan seksual selama 4-6 minggu
d. Lapor dokter segera jika terdapat tanda-tanda tromboemboli
e. Batasi aktifitas sehari-hari
f. Kembali ke RS untuk evaluasi terhadap pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Safrudin, SKM, M.Kes & Hamidah, S.Pd, M.Kes. ____. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar